Puisi Ujianto Sadewa
di beranda sore itu,
kau berkata:
“aku membawa buah
untukmu, apakah telah kau siapkan pemadu?”
lalu sepotong keik jadi
penghantar rehat minum kopi kita
yang coklat melulu:
“keik yang
perisa!”katamu
di sela itu, percakapan
pun mengalir
tentang perawis bawang
putih yang kini mahal
juga tentang 6,7
triliun yang lenyap tak tertangkap jejak
ada sedikit lapar,
namun itu terlalu awal
untuk setangkup
santapan nasi dengan daging pacak yang dijerang panci masak cepat
namun kucukupkan
menatapmu sebagai
kudapan
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar