Kamis, 31 Oktober 2013

Sepotong keik dan kopi


Puisi Ujianto Sadewa

di beranda sore itu, kau berkata:
“aku membawa buah untukmu, apakah telah kau siapkan pemadu?”

lalu sepotong keik jadi penghantar rehat minum kopi kita
yang coklat melulu:
“keik yang perisa!”katamu

di sela itu, percakapan pun mengalir
tentang perawis bawang putih yang kini mahal
juga tentang 6,7 triliun yang lenyap tak tertangkap jejak

ada sedikit lapar, namun itu terlalu awal
untuk setangkup santapan nasi dengan daging pacak yang dijerang panci masak cepat

namun kucukupkan
menatapmu sebagai kudapan

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar