Selasa, 08 Oktober 2013

AIR SETINGGI KUBAH


Puisi Ujianto Sadewa


Apa batas dari ketinggian yang menggigit tubuh ini
Gelombang dari laut yang menerpa rumah-rumah kami
dan segala yang tersisa dari hidup telah lepas
Betapa tinggi makna sebuah peristiwa langka ini
Dan tiba-tiba keluarga yang saling tercerai-berai mendadak menjadi gila
Menyaksikan gerakan air dan gempa yang tak juga reda, juga di dada ini
Kau lihatlah lumpur-lumpur yang manyergap matahari pagi
Tak ada lagi keriuhan pasar dan jual beli, semua telah musnah
Tinggal sisa keping-keping harapan yang hancur
Kini tangis itu telah berubah menjadi gelombang besar pula menerpa dunia
Menjadi samudera baru yang menenggelamkannya
Tak ada lagi daratan yang berduka
Tinggal tersisa air setinggi kubah disini
Dan lamat-lamat terdengar suara azan dengan sayup



Puisi ini telah dipublikasikan juga pada Buku Antologi Puisi “Ziarah Kata”44 Penyair,halaman.93. Editor:Widzar Gifari,Hawe Setiawan, Semmy Ikra Anggara, Adew Habtsa.Penerbit:Majelis Sastra Bandung. Tahun Terbit: Januari 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar