Selasa, 18 November 2014

Selamat Datang Selamat Membaca

Bagi sesiapa yang menggemari puisi. Selamat membaca beberapa cuplik dari antologi puisi ALIGATOR MERANGKAK SAJAK

PARABELAZARIO

Kau datang bersama hujan yang memotong senja
Saat usia tak usai bersua
Kita: saling memimpikan kenangan
Dan keindahan masa depan bagai sebuah bidik senapan
Pada suara radio yang mati
Senyap ini: memulangkan kita kembali
Pada sepatu-sepatu basah berlumpur,
Rumah kontrakan yang bocor pojok atapnya
Tapi kenapa kau tergesa
Menelan malammu sendirian
Manakala suhu udara telah mencair
Dan tak ada kabar buruk
Yang tersiar dari kawan jauh
Rupanya: datang dan pergi
Adalah perjumpaan gerhana rasa kecewa
Semua yang tinggal tersisa
Menjadi tubuh
Mewaktu dalam rahimmu

2006

Senja Inersia



Puisi Ujianto Sadewa

Senja inersia tak kukenali
Napasnya basah dan gelap
Ya, bagai karib lama ia tak terduga
Menyentak raga rasa rata
Dalam ingatan akan maut

Ia coba menera nasibku
Bagai puisi dalam puisi bagi puisi
Menghadang malam sampai ke tengahnya
Hingga klakson truk-truk peti kemas menderu
Pada pinggir trotoar berdebar

Ia napas
Sepi dari sapi
Bunyi dari sunyi

2014

Jumat, 07 November 2014

Garis Mata Senja

 Puisi Ujianto Sadewa

Aku lihat matamu bergaris
seperti digayuti beban massa barbel keteguhan
dan kau pun diam-diam mengeja-menganga banal
berkicau pada gawai

kau rapati sesak dada senja
mengangini sudut terbuka waditra kata
kau mengalun setengah nada dari biji kromatik matamu
yang lesang,
dan berang

marmer malam bekumu
serautkan nama-nama
dari buku-buku jari ketenanganmu

2014

Kamis, 31 Oktober 2013

Sepotong keik dan kopi


Puisi Ujianto Sadewa

di beranda sore itu, kau berkata:
“aku membawa buah untukmu, apakah telah kau siapkan pemadu?”

lalu sepotong keik jadi penghantar rehat minum kopi kita
yang coklat melulu:
“keik yang perisa!”katamu

di sela itu, percakapan pun mengalir
tentang perawis bawang putih yang kini mahal
juga tentang 6,7 triliun yang lenyap tak tertangkap jejak

ada sedikit lapar, namun itu terlalu awal
untuk setangkup santapan nasi dengan daging pacak yang dijerang panci masak cepat

namun kucukupkan
menatapmu sebagai kudapan

2013

Ganda Rasa Pramusiwi


Puisi Ujianto Sadewa


di bandar udara pramusiwi datang
mengimpaskan janji
ke balai rias mereka pun menyusun kembali taklimat
dari hari-hari remaja mereka
yang terampas toko serba ada dan jasa boga

lihatlah, apa yang mereka sunting
dari alat-alat kecantikan yang tercecer acak
menuntaskan segala ganda rasa yang mapan
yang disimpansusunkan pada lahan padat karya jiwa ekawarna
hitam di atas putih melulu

tak lama pula,
kemudian mereka mengatak diri secara laku lajak
pada anjungan penglihatanku

2013

Rabu, 09 Oktober 2013

Selasa, 08 Oktober 2013

RESIDENSI SUARA-SUARA HAMPA


Puisi Ujianto Sadewa


Siapa yang telah menggergaji waktu?
Subuh telah mengering dalam panggangannya
Daging panas yang terbuka oleh asap harum menusuk rasa laparmu
Ruang ini, satu bagian krematorium raksasa tak membiarkan kita mengaduh jatuh
Pada rasa jenuh
Pada mulut-mulut perkasa yang nista, serapah adalah doa
Kata-kata yang keluar dari pikiran bolong adalah omong kosong


Seperti gambar-gambar dan kata yang diproyeksikan tanpa makna
Menggerogoti grafik-grafik picisan pada rasa kantuk
Ini hidup tertutup dalam pejam gelap
Cahaya redup pada meja pembicara tanpa moderator
Menjelma serupa diktator


Keterangan:
Puisi ini telah dipublikasikan juga pada Buku Antologi Puisi “Ziarah Kata”44 Penyair,halaman.95. Editor:Widzar Gifari,Hawe Setiawan, Semmy Ikra Anggara, Adew Habtsa.Penerbit:Majelis Sastra Bandung. Tahun Terbit: Januari 2010