Senin, 30 September 2013

MEMETIK PUISI DI MUSIM HUJAN


Oleh: Ujianto Sadewa

Awal tahun adalah saat-saat hujan menyerbu, kadang rinai, atau juga disertai puting beliung. Musim basah seperti itu tidak hanya membikin suasana sekitar menjadi sedikit gloomy dan romantik. Tetapi nuansa hujan semacam itu juga membuat suasana hati menjadi lebih kreatif dan imajinatif. Puisi adalah entitas kreatif dan imajinatif yang demikian. Di kala situasi politik yang keruh dan korup, saat rakyat harap-harap cemas dengan kenaikan BBM, puisi hadir di sini: Untuk dibaca, juga boleh dipetik dan dibawa jika anda suka.
Suatu hari penyair Helmut Seethaler di Austria membuat aksi puisi di jalanan kota Wina, Austria.Helmut dengan nekadnya membentangkan puisi-puisinya dalam bentuk potongan kertas kecil di bawah gedung yang sedang direnovasi. Aksinya itu tak tanggung-tanggung telah ia lakukan selama 30 tahun. Akibatnya ia dikenai pasal vandalisme oleh pengadilan kota Wina. Puisi-puisinya yang sarat ironi dianggap mengotori keindahan kota.
Kemudian ada pengamen puisi Hans-Jürgen Gäbel di kota Konstanz, Jerman. Hans cukup antik cara mengamen, dengan melafalkan berbagai puisi yang sudah dihafal di luar kepala.
Juga seorang Indonesia di Swiss, Sigit Susanto, membuat Literatur zum Pflücken, Sebuah pameran puisi jalanan di sebuah taman  di tepian  danau Zug.Dengan caranya yang unik, ia mengajak dan membaurkan puisi dengan masyarakat Swiss.Ia menampilkan puisi dengan sederhana, sesederhana penganan bala-bala jagung yang ia sajikan untuk para apresian puisinya.
Maka, selamat berpuisi teman-teman…

Kamis, 26 September 2013

PARADE MUSIK HUJAN


Sesore ini hujan mengigau 
melontarkan irama gemerisik nan asyik 
menampar-gelarkan gelegar petir nan getar 
menyisit sisi-sisi tepi sipi yang tak lagi 
mengguar-buncahkan hasrat cuaca yang tempias di batinku 
bersama tambur langit yang menggema 

lalu waktu hadir memparaf silam-kini-nanti-entah 
dan engkau begitu kuat dalam ingatanku 
menggerus geligir hati yang bernyanyi 
ya, irama hujan yang bersekutu dalam waditra kata-kata 
menjadi bulir-bulir udara lembab yang berparade 
mencetuskan ram tam tam tri ti sik 
dalam gema-gema hening 

 2013

WAKTU BERWARNA MERAH


Yel-yel menyusup 
antara patahan warna zebra dan sejarah yang dikunyah 
bersama kenangan-kenangan tersisihkan 
dari gunung es waktu 
waktu yang berwarna merah dan bersahaja 

2012

SEKOLAH MALAM

Hari telah malam
buku telah malam pula
dan para siswa mengeja bahasa
berceloteh kata-kata

Mereka teringat London dan Birmingham
pada Zephaniah dan penyair yang kelak
mengajari mereka
rasa kata-kata

2013

PEMAHAT KEMATIAN

PEMAHAT KEMATIAN

Usia adalah nafas yang tersangkut pada ranah asing
Yang ngungun pada pojok gua kesemestaan
Sebuah batas yang tergaris pada ruang kosong
Pada keluasan personal yang terajam
Pada magenta yang segera usai di bawah kelambu langit
Dan kata: tinggal satu dua sekat di pita suara
Yang tak sanggup menjadi jejak
Dan ingatan: cuma harapan yang terkepal
Atas doa, begitu purba
Tubuh ini adalah wewangian terluka
Yang menanti nafas usai
Terpahat pada nisan

2006

IMANSETI

IMANSETI

Nafas kita bukan darah sapi
Yang ngalir dari leher tertebas
Dan lenguhan terakhir dari luka

Nafas kita adalah irama yang terjerembab
Ketika mata baru terbuka
Menangkap warna cahaya
Pada langit terluka

Dengar, pada bulir air yang berbisik
:ia hanya perajin kata dari liang asing
lembah betah yang tengadah
menampung palung bingung
menggurat luka terkerat
menggores tetes demi tetes

bahwa mungkin suatu hari
nafas kita menderu lagi
menatap dunia baru: lagi

2006